Selasa, 07 Oktober 2014

Proposal Skripsi Implementasi Metode Libat

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
            Al-Qur'an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama ajaran Islam dan menjadi  petunjuk kehidupan manusia  karena isinya mencakup  segala pokok ajaran  agama yang disyariatkan Alloh kepada  manusia. Al-Qur'an merupakan petunjuk jalan hidup (       way of life) umat Islam untuk meraih sukses dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Umat Islam mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan eksistensi al-Qur'an.  Oleh karena itu,  sebagai konsekuensi logisnya  umat  Islam  harus mempelajari, meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam al-Qur'an (Ratih, 2007:06). Pembelajaran al-Qur'an yang optimal akan melahirkan generasi Qur'ani yang mampu memakmurkan  bumi dengan al-Qur'an  dan menyelamatkan peradaban dunia di masa mendatang. Syarat mutlak untuk memunculkan generasi Qur'ani adalah adanya pemahaman terhadap al-Qur'an yang diawali dengan mampu membaca al-Qur'an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.
            Langkah awal untuk mencapai hal tersebut adalah umat Islam harus mampu membaca dan menulis huruf-huruf al-Qur'an. Kemampuan membaca dan menulis al-Qur'an tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran al- Qur'an. Oleh karena itu, dalam Islam pembelajaran al-Qur'an merupakan suatu kewajiban yang suci dan mulia. Secara spesifik, Rasulullah saw. menegaskan kewajiban mendidik al-Qur’an dalam ḥadiśnya:
أدبواأولادكم علئ ثلاثة خصال : حب نبيكم وحب آل بيته وقراءت القرآن  (رواه الطبرانئ)
“Didiklah anak-anakmu dalam tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai keluarga Nabi, dan membaca Al-Qur’an”. (HR. Thabrani)
 Ḥadiś tersebut menjelaskan bahwa diantara pendidikan dasar yang harus diberikan kepada anak adalah membaca al-Qur'an. Selain menyeru mendidik anak membaca al-Qur’an,  Rasulullah  saw. juga menekankan pentingnya mendidik anak menulis huruf-huruf al-Qur’an. Mengajari anak untuk membaca Al-Qur'an merupakan salah satu  bentuk  syiar  agama  yang  awal mulanya dijalankan  oleh para ulama terlebih dahulu sampai akhirnya secara bertahap seluruh masyarakat mulai merasakan lezatnya iman di dalam jiwa mereka disebabkan oleh Al-Qur'an (Muhammad Nur Abdul Hafizh,2000:139).
            Mengingat pentingnya pembelajaran  al-Qur'an, Rasululoh saw. menganjurkan pembelajaran al-Qur'an dimulai sejak masa kanak-kanak karena pada masa itu terkandung potensi belajar yang sangat kuat dan besar. Anak akan sangat peka  menangkap  sesuatu  yang diperintahkan dan diajarkan sehingga  mudah menerima pelajaran-pelajaran yang diberikan. Namun masalahnya, al-Qur'an disampaikan dalam bahasa Arab dan tidak semua umat muslim di Indonesia menguasai bahasa tersebut, maka untuk bisa membaca al-Qur'an terlebih dahulu harus bisa membaca huruf           hijaiyyah dengan baik dan benar. 
            Untuk  memudahkan anak mampu  membaca dan menulis  al-Qur'an dengan baik perlu digunakan metode dan strategi tertentu. Prinsip pengajaran Al-Qur’an pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yang semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu agar anak-anak dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Rosdy Ruslan, 2003:24).
Dalam proses belajar mengajar metode merupakan faktor yang sangat dominan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang pendidik atau guru diharapkan memiliki berbagai metode yang tepat serta kemampuan dalam menggunakan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Metode pembelajaran Al-Qur’an pada hakikatnya adalah mengajarkan Al-Qur’an pada anak yang merupakan suatu proses pengenalan Al-Qur’an tahap pertama dengan tujuan agar siswa mengenal huruf sebagai tanda suara atau tanda bunyi. Pengajaran membaca Al-Qur’an tidak dapat disamakan dengan pengajaran membaca dan menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran Al-Qur’an, anak-anak belajar huruf dan kata-kata yang tidak mereka pahami artinya. Yang paling penting dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah keterampilan membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disususun dalam ilmu Tajwid.
Salah satu kesulitan membaca Al-Qur’an bagi anak-anak adalah salasatunya karena ayat-ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga mengakibatkan kurang lancar, bahkan tidak faasih dalam membaca. Kesulitan tersebut diakibatkan karena pada tingkat dasar belum sepenuhnya memahami ilmu tajwid, dan biasanya para guru mengajarkan secara praktis, sehingga seringkali anak sekedar menghafal saja. Hal tersebut di atas juga banyak dialami oleh peserta didik yang masih duduk dibangku tingkat menengah. Maka bagi guru perlu menggunakan metode yang tepat dan efisien dalam mengajarkan membaca Al Qur’an.
Rendahnya motivasi siswa dalam belajar al-Qur’an masih merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan terutama dalam kemampuan membaca al-Qur’an. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar Baca Tulis al-Qur’an adalah dengan penggunaan metode yang sesuai yang dapat dilakukan oleh guru Baca Tulis al-Qur’an dalam kelas.
BTQ adalah bagian materi Pendidikan Agama Islam di sekolah jenjang menengah yang selama ini kurang mendapat perhatian yang lebih besar, padahal banyak sekali masyarakat yang mengeluh bahwa lulusan Madrasah Aliyah banyak yang belum dapat membaca Al-Qur’an secara benar sesuai dengan ilmu tajwid. Hal ini juga didukung dengan rendahnya prestasi BTQ siswa, terutama pada materi membaca dan menulis huruf hijaiyah yang sudah mulai dikenalkan pada tingkat dasar dan menengah . Seharusnya ini menjadi kekhawatiran semua guru Agama Islam, karena diharapkan pendidikan menengah adalah termasuk dasar bagi pembentukan diri anak. Akan sangat sulit sekali ketika anak tidak menguasai BTQ sejak dini untuk dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar. Kritikan dan keluhan masih sering dilontarkan oleh masyarakat dan para orang tua siswa. Banyaknya anak yang belum mampu membaca Al-quran dengan baik dan benar, belum mampu menulis serta belum mampu memahami dan mengamalkan isinya.
Namun dari beberapa faktor tersebut, berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan terdapat kecenderungan yang mengarah pada faktor metode pembelajaran yang harus diperbaiki. Dimana metode yang digunakan sebelumnya sebatas pada teori, peran aktif siswa kurang diperhatikan, sehingga hasil pembelajaran BTQ belum maksimal. Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana kemampuan membaca Al Qur’an peserta didik MA Al-Hidayah Sukaraja terutama dalam mempraktikkan bacaan ayat-ayat Al Qur’an yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid maka diperlukan suatu penelitian ilmiah.
Bertitik tolak dari hal tersebut penulis mencoba untuk mengadakan penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “IMPLEMENTASI METODE LIBAT DALAM PEMBELAJARAN BTQ UNTUK MEMBANGUN KEPASIHAN MEMBACA AL-QUR’AN PESERTA DIDIK  (PENELITIAN DI MA AL-HIDAYAH SUKARAJA)”.
B.       Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi topik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Faktor apa yang mempengaruhi penguasaan BTQ di MA Al-Hidayah Sukaraja ?
2.      Bagaimana penerapan metode LIBAT dalam membangun kepasihan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an?
3.      Bagaimana kepasihan pembelajaran Al-Qur’an peserta didik di MA Al-Hidayah Sukaraja ?
D.   Tujuan Penelitian
            Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui Faktor apa yang mempengaruhi rendahnya penguasaan BTQ di MA Al-Hidayah Sukaraja !
b.      Untuk mengetahui metode pembelajaran Al-Qur’an di MA Al-Hidayah !
c.       Untuk mengetahui  pengaruh penerapan metode LIBAT dalam membangun kepasihan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an !
E. Kegunaan Penelitian
            Hasil  penelitian ini diharapkan dapat  bermanfaat dan berguna  sebagai berikut: 
a.     Kegunaan Teoretis
   Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang penggunaan dan pemilihan metode pembelajaran baca tulis al- Qur’an sehingga mampu  meningkatkan kualitas pembelajaran al- Qur’an.
b.    Kegunaan Praktis
1) Bagi sekolah dan guru dapat  memberikan masukan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
2) Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar melalui pembelajaran aktif, menarik, dan menyenangkan.
3) Bagi peneliti sebagai calon guru, dapat memberikan pengalaman dalam penggunaan metode  pembelajaran sehingga tujuan  yang diharapkan dapat tercapai.
F. kerangka berfikir.
Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis). Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.
“Metode pembelajaran merupakan cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri peserta didik  dalam upaya untuk mencapai tujuan ( M, Sobri Sutikno, 2009: 88).
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi  bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau  tanpa kegiatan mengajar  dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Berbagai definisi belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli di bidang pendidikan. Belajar adalah proses pertumbuhan  yang tidak disebabkan  oleh proses pendewasaan biologis.  Karena belajar merupakan proses perubahan tingkah laku (baik yang bisa dilihat maupun yang tidak), maka keberhasilan belajar terletak pada adanya perubahan tingkah laku yang secara relatif bersifat permanen (Ramayulis, 2001).
Adapun pengertian  mengajar adalah  suatu kegiatan penyampaian bahan pelajaran oleh pendidik kepada anak didik, agar anak didik dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut. Dengan demikian mengajar mengandung tujuan agar anak didik memperoleh pengetahuan yang kemudian dapat dikembangkannnya dan menghasilkan sebuah perubahan tingkah laku.

Dalam batasan yang demikian, proses pembelajaran dapat dipahami sebagai  sebuah interaksi antara  peserta didik dengan  pendidik  dan lingkungan tempat  belajar, yang bertujuan untuk membantu siswa di dalam belajar, dan berupaya untuk memberikan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan kepada siswa,  sehingga siswa  mengalami perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
            Metode Pembelajaran Al Qur’an dengan Metode LIBAT ( Lihat, Baca, Tulis ). Metode LIBAT ditemukan dan dikembangkan oleh Prof.Dr.Juhaya S.Praja, dosen IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Ide metode ini diilhami oleh buku tuntunan yang ditulis gurunya di Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur, yaitu KH. Imam Zarkasyi. Perumusan metode LIBAT dimulai sejak uji coba kepada sejumlah mahasiswa yang buta huruf Al Qur’an sekitar tahun 1976. Dalam waktu 10 jam, para mahasiswa sudah mampu membaca dan menulis Al Qur’an.
            Proses pembelajaran  Metode LIBAT menggunakan pendekatan anatomi huruf, pendekatan budaya, disertai dukungan CBSA. Pendekatan anatomi huruf, artinya proses pembelajaran dengan memperlihatkan bentuk-bentuk huruf yang saling berkaitan. Kemampuan dan ketidakmampuan menulis huruf tertentu akan mengakibatkan kemampuan dan ketidakmampuan menuliskan huruf-huruf yang lainnya. Pendekatan budaya ialah mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan latar belakang budaya peserta.
            Baca tulis Al-Quran adalah suatu kemampuan yang dimiliki untuk membaca dan menuliskan kitab suci Al-Quran. Berangkat dari pengertian tersebut, maka terdapatlah gambaran dari pengertian baca tulis Alquran tersebut, yaitu diharapkan adanya kemampuan ganda yaitu membaca dan menulis bagi obyek yang diteliti.Sebab kemampuan tersebut berpengaruh kepada prestasi belajar bahasa Arab.
F.   LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
            Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya ( Strauss & Corbin, 2003). Sekalipun demikian, data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif memungkinkan untuk dianalisis melalui suatu penghitungan.
1. Tempat Penelitian
            Penelitian ini mengambil lokasi di Madrasah Aliyah AL-hidayah Sukaraja, oleh karena itu penelitian ini digolongkan dalam penelitian lapangan di mana yang menjadi obyeknya dalam penelitian ini adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh pihak Madrasah Aliyah AL-hidayah Sukaraja dalam upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTQ Madrasah Aliyah AL-hidayah Sukaraja dengan menggunakan metode-metode yang sesuai dengan peserta didik dalam pembelajaran BTQ di Madrasah Aliyah AL-hidayah Sukaraja.
2. Metode Penentuan Subyek
            Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh pihak yang terlibat langsung dalam upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTQ di Madrasah Aliyah AL-hidayah Sukaraja dengan menggunakan metode-metode yang sesuai.
            Metode penentuan subyek sering disebut sebagai metode penentuan sumber data. Maksud dari sumber data penelitian adalah subyek dari mana data itu diperoleh.
3. Metode Pengumpulan Data

a.  Data
   Data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari data pokok dan data penunjang yaitu data pokok tentang faktor-faktor yang mempengaruhi upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTQ di Madrasah Aliyah AL-hidayah Sukaraja.
     Untuk mendapat sumber data-data di atas, maka penelitian ini mengambil sumber data, yaitu:
a. Responden
     Responden dalam penelitian ini adalah seluruh dewan guru yang mengajar dan siswa di Madrasah Aliyah AL-hidayah Sukaraja.
b. Informan
     Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, dan staf TU di Madrasah Aliyah AL-hidayah Sukaraja.
c. Teknik Pengumpulan Data
     Untuk menggali data-data pokok dan data penunjang di atas, maka penelitian menggunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti yang tersebut di bawah ini :

1) Wawancara
              Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan dibandingkan dengan tujuan penelitian.
2) Observasi
Metode observasi dalam pengumpulan data dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang ada dalam objek yang akan diteliti (diselidiki).
     3) Tes
Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan pengukuran (measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diteliti.
Keunggulan metode ini adalah lebih akurat karena tes berulang-ulang direvisi dan instrument penelitian yang objektif. Sedangkan kelemahan metode ini adalah hanya mengukur satu aspek data, memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang, dan hanya mengukur keadaan siswa pada saat tes itu dilakukan (Susanto, 2008).
         4) Dokumentasi
     Metode ini merupakan pengambilan data berdasarkan dokumentasi yang dalam arti sempit berarti kumpulan data verbal dalam bentuk tulisan.  Penulis mengunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data tentang letak geografis, jumlah guru dan karyawan, keadaan siswa dan keadaan sarana prasarana.
5) Metode Analisis Data
              Analisis data adalaah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Setelah data diperoleh dan diolah dengan menggunakan teknik yang telah ditentukan, diambil kesimpulan secara umum, kemudian hasil penelitian ini disajikan secara verbal. kemudian data-data tersebut dianalisis dengan pendekatan deskriptif dengan metode induksi, yaitu suatu pemikiran yang bertolak dari peristiwa khusus untuk selanjutnya.









DAFTAR PUSTAKA

Panut Marwanto, ”Pembelajaran Al-Qur’an Melalui Qiraaty di Taman Pendidikan Al-Qur’an  Nurul Ummah  Prenggan Kotagede  Yogyakarta”, Skripsi Fak. Tarbiyah  UIN Sunan Kalijaga, 2005.
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: 1971, hlm.645
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Mambaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an, Jakarta:Gema Insani, 2004, hlm. 16
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010. 
http://digilib.uin-suka.ac.id/2613/1/BAB%20I,V.pdf
M. Muna Fatkur Rahman,“Sistem Pengajaran Al-Qur’an Pada TPA Al-Muhsin di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Muhsin Nglaren Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta”, Skripsi, Fak. Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2004.
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, hal. 69
Ditjen PAIS Kemenag RI






Selasa, 02 September 2014

MAKALAH STRATIFIKASI SOSIAL, MAPEL SOSIOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat dengan segala aspek yang mencakup di dalamnya merupakan suatu objek kajian yang menarik untuk diteliti. Begitu pula dengan sesuatu yang dihargai oleh masyarakat tersebut. Dengan kata lain, sesuatu yang dihargai dalam sebuah komunitas masyarakat akan menciptakan pamisahan lapisan atau kedudukan seseorang tersebut di dalam masyarakat. Pada kajian yang dibahas dalam makalah ini, yaitu stratifikasi sosial yang terjadi antara masyarakat kuno dan modern, kita akan dapat menemukanperbedaan yang terjadi di dalamnya, menarik sebuah kesimpulan yang terjadi akibat stratifikasi sosial. Secara umum dapat kita pahami bahwa stratifikasi sosial yang terjadi pada zaman kuno dan modern adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarin membutuhkan sebuah kajian yang berguna untuk menindak lanjuti dampak-dampak yang berasal dari stratifikasi sosial dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, akan dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.Apa pengertian dari stratifikasi sosial?

2.Apa pengertian diferensiasi sosial ?
3.Apa konsekwensi struktur sosial ?
C. Tujuan
1.Mengetahui pengertian dari stratifikasi sosial !
2. Mengetahui pengertian diferensiasi sosial !
3.Mengetahui konsekwensi struktur sosial !












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA TENTANG STRATIFIKASI SOSIAL DAN DIFERENSIASI SOSIAL
A. Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (vertikal), yakni pemisahan kedudukan anggota masyarakat ke dalam tingkat-tingkat kelas pada masyarakat.
Menurut Robert MZ. Lawang (dalam Http:// sosionamche. Blogspot. Com) Pelapisan sosilal merupakan penggolongan orang –orang dalam suatu sistam sosial tertentu secara hierarki menurut dimensi kekuasaan, privelese, dan prestise.
Jadi stratifikasi sosial adalah perbedaan yang terjadi baik disengaja atau tidak dalam masyarakat secara vertikal. Stratifikasi sosial terjadi karena ada sesuatu yang dihargai dalam masyarakat, misalnya: harta, kekayaan, ilmu pengetahuan, kesalehan, keturunan dan lain sebagainya. Stratifikasi sosial akan selalu ada selama dalam masyarakat terdapat sesuatu yang dihargai (Prof. Selo Sormardjan dalam Http:// sosionamche. Blogspot. Com).
Stratifikasi sosial akan menimbulkan kelas sosial, dimana setiap anggota masyarakat akan menempati kelas sosial sesuai dengan kriteri yang mereka miliki.
Kelas sosial adalah golongan yang terbentuk karen adanya perbedaan kedudukan tinggi dan rendah, dan karena adanya rasa segolongan dalam kelas tersebut masing-masing, sehingga kelas yang satu dapat dibedakan dari kelas yang lain (Hasan Sadili, dalam Http:// sosionamche. Blogspot. Com).
Adapun stratifikasi sosial pada masyarakat kuno dan modern berbeda karena kriteria sesuatu yang dihargai juga berbeda.
Adapun dampak stratifikasi sosial pada dalam kehidupan masyarakat adalah:
1.      Orang yang menduduki kelas sosial yang berbeda akan memiliki kekuasaan, privelese, dan prestise yang bebeda pula, dalam artian akan menciptakan sebuah perbedaan status sosial.
2.      Kemungkinan timbulnya proses sosial yang disosiatif berupa persaingan, kontravensi, maupun konflik
3.      Penyimpangan perilaku karena kegagalan atau ketidak mampuan mencapai posisi tertentu. Kejahatan tersebut dapat berupa alkoholisme, korupsi, kenakalan remaja dan lain sebagainya.
4.      Konsentrasi elite status, yaitu pemusatan kedudukan yang penting pada golongan tertentu, misalnya kolusi.
Setiap individu lahir dan berkembang dalam kondisi yang berbeda-beda. Keberagaman individu dalam masyarakat ini disebut dengan perbedaan sosial. Perbedaan sosial secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perbedaan secara horizontal dan perbedaan secara vertikal. Perbedaan secara horizontal disebut dengan diferensiasi. Dalam diferensiasi sosial, tidak dikenal adanya tingkatan atau tinggi rendahnya status sosial seseorang. Sedangkan pebedaan secara vertikal disebut dengan stratifikasi, dimana ada masyarakat yang menduduki lapisan atas dan ada pula yang menduduki lapisan bawah. Stratifikasi sosial ini terjadi karena adanya sesuatu yang lebih dihargai dalam masyarakat.
Seperti yang telah disebutkan diatas, diferensiasi sosial adalah pembedaan masyarakat secara horizontal tanpa mempermasalahkan tinggi rendahnya status sosial masyarakat tertentu. Diferensiasi sosial muncul karena adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat. Perbedaan-perbedaan ini menyebabkan adanya pengelompokan masyarakat ke dalam kategori tertentu berdasarkan ciri fisik atau ciri sosial budaya. Beberapa contoh bentuk diferensiasi sosial antara lain diferensiasi sosial berdasarkan :
·         Ras
Merupakan penggolongan manusia berdasarkan ciri-ciri fisik yang tampak dari luar (fenotip), seperti warna kulit, bentuk rambut, ukuran badan, dan lain-lain. Ras merupakan kodrat setiap manusia, jadi tidak ada satu ras yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ras yang lain. Secara umum, ras-ras manusia di dunia dapat dibedakan menjadi empat, yaitu ras Austroloid (orang Aborigin), Mongoloid (Asia dan penduduk asli Amerika), Kaukasoid (Eropa dan Arab), dan Negroid (kulit hitam).
·         Suku Bangsa
Adalah pengelompokan manusia berdasarkan corak budaya yang dimilikinya. Hildred Geertz dalam penelitiannya menyatakan bahwa di Indonesia terdapat 319 suku bangsa, sedangkan menurut Koentjoroningrat terdapat 200 suku bangsa. Setiap suku bangsa biasanya memiliki bahasa daerah, adat istiadat, dan kesenian yang khas.
·         Agama
Merupakan sistem kepercayaan yang telah dibakukan dan dipandang sebagai sebuah kebenaran. Agama berisi pedoman-pedoman kepada manusia tentang hubungan antara sesama manusia dan antara manusia dengan tuhan.
·         Gender
Adalah diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan. Dalam beberapa kebudayaan, laki-laki dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada perempuan. Akan tetapi, sekarang ini laki-laki dan perempuan dianggap mempunyai kedudukan dan peran yang sejajar dalam masyarakat (http://iwak-pithik.blogspot.com/2012/09/diferensiasi-dan-stratifikasi-sosial.html#sthash.xogHlgjI.dpuf)
1.  Ciri-ciri yang Mendasari Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Ciri Fisik
b.      Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
c.       Ciri Sosial
d.      Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan.
Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.

e.       Ciri Budaya
f.       Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
Bagaimana, Anda paham ? Bila Anda masih sulit memahami bacalah sekali lagi atau tanyakan pada guru bina Anda. Baik, kalau Anda sudah memahaminya. Marilah kita lanjutkan belajarnya.
2. Perbedaan Diferensiasi dengan Stratifikasi
Dengan melihat tabel di bawah ini secara tegas dapat kita bedakan antara diferensiasi sosial dengan stratifikasi sosial.
1.      Difrensiasi Sosial
a.       Pengelompokan Secara Horisontal
b.      Berdasarkan ciri dan fungsi
c.       Distribusi kelompok
d.      Genotipe
e.       Kreteria biologis/fisik sosiokultural
2.      Stratifikasi Sosial
a.       Pengelompokan secara vertikal
b.      Berdasarkan posisi, status, kelebihan yang dimiliki, sesuatu yang dihargai
c.       Distribusi hak dan wewenang
d.      Stereotip
e.       Kriteria ekonomi, pendidikan, kekuasaan, kehormatan
C. Struktur sosial dan dampaknya dalam kehidupan
1. Struktur Sosial
Struktur sosial adalah cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam hubungan-hubungan yang dapat diprediksi melalui pola perilaku berulang-ulang antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut
Struktur sosial memiliki empat element dasar:
1. Status sosial
2. Peran sosial
3. Kelompok
4. Institusi atau lembaga
Para ahli teori interaksionis menekankan bahwa perilaku sosial kita dikondisikan oleh peran-peran dan status-status yang kita terima, kelompok mana kita berasal dan institusi mana kita berfungsi
Status Sosial dan Peran Adalah salah satu tempat atau posisi seseorang dalam kelompok sosial sehubungan dengan keberadaan orang lain di sekitarnya. . Status dilihat dari proses terjadinya dibedakan menjadi:
a. Ascribed Status (Status akibat kelahiran)
b. Achieved Status (Status yang diperjuangkan)
c. Assigned Status (Status yang dianugerahkan)
Status selalu diikuti oleh peran. Peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan statusnya atau seperangkat harapan terhadap seseorang yang menempati suatu posisi atau status tertentu
Secara sederhana ketidaksamaan dalam masyarakat terjadi akibat beberpa faktor antara lain ras, agama, gender, peran dan status, kelas sosial, kelompok, pendidikan dan lain-lain. Secara umum, perbedaan sosial dapat dibedakan menjadi dua
1. Secara horisontal, diferensiasi, yaitu pembedaan yang dikaitkan dengan interaksi tetapi tidak menunjukkan adanya tingkatan lebih tinggi atau lebih rendah
2. Secara vertikal, stratifikasi, yaitu perbedaan sosial yang menunukkan adanya tingkatan yang berbeda dalam masyarakat
2. konsekuensi struktur sosial terhadap kehidupan
a.  Peluang hidup dan kesehatan
kelompok orang kaya dan miskin memiliki kesempatan hidup dan memperoleh jaminan kesehatan yang berbeda. Orang kaya dengan hartanya bias memenuhi kebutuhan hidup lebih layak. Mengkonsumsi makanan bergizi. Memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik. Harta yang relative cukup digunakan untuk berobat di tempat yang memenuhi standar bagi keluarganya yang sakit.
b.  Kebahagiaan dan proses sosialisasi
Kondisi seseorang berpengaruh terhadap proses sosialisasi di masyarakat di lingkungan yang heterogen,proses sosiaslisasi pada umumnya didominasi oleh mereka yang masuk kelas sosial atas,terutama yang didasarkan kepada kemampuan ekonomi,sedangkan kelompok sosial ekonomi bawah cenderung pasif. Kenyataan ini mengakibatkan ketimpangan dalam proses sosialisasi.
Misalnya dalam kegiatan  dikampung , biasanya didominasi oleh orang-orang dari kelas sosial atas. Sementara orang dikelas sosial bawah hanya pasif menunggu instruksi atau bahkan tidak berperan  sama sekali.
c.  Ketegangan sosial
Ketegangan sosial secara vertical melibatkan kelas sosial dikarenakan kesenjangan yang menimbulkan kecemburuan sosial. Kelompok sosial kelas atas menikmati kekayaan dan berbagai kemudahan tanpa batas, membuat kelompok sosial kelas bawah hanya bias meratapi nasib. Kesenjangan inilah yang berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial, serta konflik sosial yang diwarnai penjarahan dan perusakan.
Ketegangan horizontal biasa terjadi diawali oleh adanya rasa curiga, ketidakadilan pemerintah dalam pelayanan public, perebutan sumber kehidupan ekonomi, masalah sengketa adat, dan sebagainya. Kekerasan dilakukan oleh kelompok dominan ditujukan oleh kelompok minoritas karena diduga melakukan perebutan terhadap adat dan hak ulayat. Umpamanya,kekerasan terhadap etnis Madura oleh etnis dayak dan melayu disambas. Fenomena kemarahan etnis jawa terhadap etnis cina. Kelompok pribumi ini mengaku melihat etnis cina telah  menghancurkan system ekonomi Indonesia.
d.  Sikap politik dan respon terhadap perubahan sosial
Respon positif yang diberikan oleh orang-orang kelas sosial atas didukung oleh akses informasi yang memadai. Bekal ini tidak dimiliki orang-orang kelas sosial bawah,menjadikan mereka cenderung pasif dalam berpatisipasi dibidang politik dan perubahan sosial. Tingkat pendidikan mereka hanya pada pekerjaan dan usaha untuk menyambung hidup.  Bagi mereka perhatian kepada politik dan perubahan sosial hanyalah pekerjaan sia-sia dan membuang waktu.
e. Peluang bekerja dan berusaha
Peluang bekerja dan berusaha antara kelas sosial atas dengan kelas sosial bawah secara umum berbeda. Orang kelas sosial atas mempunyai peluang lebih besar ketimbang orang dari kelas sosial bawah. Kekayaan mendukung terealisasinya pendidikan tingkat tinggi sesuai dengan minat. Kekayaan juga merupakan modal membuka usaha. Bahkan, dengan kekayaan bias dipakai untuk membangun koneksi yang juga bisa mendukung tercapainya keinginan.
Orang kelas sosial bawah tidak memiliki pendidikan tingkat tinggi . pendidikan hanya dicapai seadanya berdasar kemampuan keuangan. Kemiskinan menjadikan mereka tidak memiliki modal untuk menopang usaha . kondisi ini membuat koneksitas mereka terbatas, sehingga sulit untuk memperoleh peluang bekerja dan usaha yang baik dan memperoleh gaji tinggi.






BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (vertikal), yakni pemisahan kedudukan anggota masyarakat ke dalam tingkat-tingkat kelas pada masyarakat.
Stratifikasi sosial akan menimbulkan kelas sosial, dimana setiap anggota masyarakat akan menempati kelas sosial sesuai dengan kriteri yang mereka miliki.
Diferensiasi sosial adalah pembedaan masyarakat secara horizontal tanpa mempermasalahkan tinggi rendahnya status sosial masyarakat tertentu. Diferensiasi sosial muncul karena adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat. Perbedaan-perbedaan ini menyebabkan adanya pengelompokan masyarakat ke dalam kategori tertentu berdasarkan ciri fisik atau ciri sosial budaya.
Struktur sosial yaitu susunan atau tatanan pola hidup atau interaksi antar individu dalam masyarakat.
Sifat hubungan antara ras, suku bangsa dan agama disebut proses interseksi atau persilangan, artinya anggota kelompok sosial tertentu termasuk juga anggota kelompok sosial yang memungkinkan anggota masyarakat memiliki keberagaman sifat yang berdasarkan ras, suku bangsa dan agama. Interseksi mempunyai akibat terhadap kemajemukan masyarakat.
Akibat dari sistem stratifikasi sosial adalah adanya perbedaan-perbedaan perilaku individu atau kelompok yang berada di dalamnya
B. Saran-saran
1. Stratifikasi sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat optimis dan merasa cukup dalam hal ini diperlukan
2. Tidak ada masyarakat tanpa struktur sosial, maka optimalisasi peran adalah yang terbaik.








DAFTAR PUSTAKA
1.  Maftuh, bunyamin dan yadi ruyadi. 1996. Sosiologi 2 untuk SMA. Bandung: Ganeca Exact.
2.  Http:// sosionamche. Blogspot. Com.
3.  Http:// zuryawanisvandiar. Blogspot. Com.











DAFTAR ISI
                                                                                                                                                    Halaman
KATA PENGANTAR                                      ……………………………………………………....            
DAFTAR ISI                               ………………………………………………………………........  ii            
BAB


BAB


BAB











DAFTAR PUSTAKA                                                        ……………………………………………………….        
LAMPIRAN-LAMPIRAN                                       …………………………………….........................

 
I


II


III.


PENDAHULUAN ………………………………………..
A.      Latar Belakang Masalah ………………………………
B.      Perumusan Masalah …………………………………..
C.      Tujuan ..........................................................................
TINJAUAN PUSTAKA TENTANG STRATIFIKASI SOSIAL, DIFERENSIASI SOSIAL .................................
A.      Pengertian Stratifikasi Sosial   .....................................
B.      Diferensiasi Sosial ........................................................
C.      Struktur Sosial dan dampaknya Dalam Kehidupan




.PENUTUP
A. KESIMPULAN .............................................................
B. SARAN-SARAN ...........................................................


1
1
1
2

3
3
1




















STRATIFIKASI SOSIAL, DIFERENSIASI SOSIAL DAN KONSEKUENSI STRUKTUR SOSIAL
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Pelajaran Sosiologi

 







Disusun Oleh Kelompok I:
Iis Yulianingsih
Resni Nur’aeni
Dinul Arifin
Aji
Soleh

MADRASAH ALIYAH AL-HIDAYAH
TASIKMALAYA
2014